Monday, January 24, 2011

APA ILMU ASMAK KHIDIR



 



AKAL BUDI TETAP TERBATAS DAN HARUS BERGURU KEPADA ILMU LADUNI ALA KHIDIR. NAMUN JANGAN LANGSUNG MENCARI ILMU LADUNI TANPA MEMANFAATKAN AKAL BUDI. TUHAN MELAKNAT MANUSIA YANG MENCARI JALAN PINTAS TANPA MENGASAH AKAL BUDINYA. JADI IKUTI PROSES LOGIKA DENGAN SABAR DAN ISTIQOMAH. DENGAN KESABARAN MENEMPUH PROSES RASIONAL INILAH JUSTERU NANTI ILMU LADUNI BISA DIPEROLEH.
APA HAKIKAT ILMU LADUNI? Saya tidak tahu dan tidak ingin sok tahu. Jawaban ini sering kita sampaikan bila kita ditanya atau disodorkan sebuah fakta dimana kita belum mampu memahaminya. Kenapa kita menjawab “tidak tahu?”
Tidak tahu mengandaikan kita terlebih dulu tahu terkait sebuah hal. Sama seperti bila kita ini merasa ada di dunia. Apakah saya atau anda ini sungguh-sungguh ada di dunia? Kalau kita mengatakan saya tidak ada, berarti pada saat yang bersamaan kita sudah tahu perbedaan antara ada dan tidak ada. Sehingga kita memilih jawaban saya sudah ada. Dengan demikian, jawaban “saya tidak tahu” mengandaikan kita sudah tahu dua hal yang berbeda, yaitu saya tahu dan saya tidak tahu sehingga akhirnya kita memilih menjawab “saya tidak tahu”.
Begitulah. Kita mudah memilih dan memutuskan sesuatu tanpa kita nalar terlebih dulu dengan kebeningan. Kita mudah pula memutuskan si A ini salah, si B ini benar. Agama saya benar dan agama lain salah. Begitu seterusnya padahal kita tidak sungguh-sungguh tahu terhadap perkara yang kita hadapi. Orang bijaksana tidak boleh seperti itu. Orang bijaksana haruslah berpikir sebelum memutuskan sesuatu. Termasuk memutuskan untuk memilih: Tahu atau tidak tahu.
Saat saya bertanya, apakah Anda tahu tentang bagaimana cara termudah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT? Anda tiba-tiba menyodorkan jawaban yang hampir pasti anda merasa yakin bahwa jawaban anda benar. Apalagi anda sudah merujuk pada Kitab Suci, merujuk pada jawaban orang-orang keramat, dan seterusnya. Itu artinya anda sudah merujuk pada keyakinan anda sendiri yang belum anda buktikan dengan nalar dan logika, tiba-tiba anda yakin begitu saja. Taklid buta terhadap sesuatu tanpa anda analisa dan anda kaji secara mendalam. Islam melarang seseorang itu yakin (dan beriman) begitu saja yang tanpa proses akal budi.
Banyak ayat di kitab suci melarang kita yakin begitu saja tanpa anda kaji dengan akal budi. Proses meyakini sesuatu memerlukan tahapan-tahapan yang tidak sederhana. Nanti bila tahap-tahap perjalanan akal budi sudah sedemikian lengkap, baru anda mampu menyimpulkannya menjadi sebuah KEYAKINAN, dan keyakinan itu menjadi KEBENARAN yang tidak terbantahkan lagi. Meskipun begitu, harap berhati-hati bahwa anda tidak boleh mendewa-dewakan KEBENARAN anda yang sifatnya masih subyektif tersebut. Ingat bahaya menjadi dogmatis karena bisa jadi anda boleh jadi salah dan JADILAH ORANG YANG TOLERAN DAN BERPIKIRAN TERBUKA. Bukankah kita tetap diminta untuk belajar ke ideologi yang lain (ke China) meskipun sebagai orang beragama Islam kita diminta untuk yakin terhadap keislaman kita? Ruh Islam ada pada toleransi terhadap beragam kebenaran yang lain dan membebaskan diri dari ideologi yang sempit karena di dalam sejarah ideologi sempit bertentangan dengan watak dan hukum alam.
PARA NABI ADALAH SOSOK ANTI TAKHAYUL
Para nabi dan rasul sepanjang masa siapapun itu, mulai Nabi Adam A.S hingga Muhammad SAW adalah para tokoh dan teladan yang membebaskan akal pikiran kita dari tahayul dan mitos. Mereka mendobrak dan menggempur ragam keyakinan yang sudah melembaga pada saat itu dan menegakkan AKAL SEHAT. Para nabi dan rasul adalah pembebas dari prasangka dan kekeliruan serta meratakan jalan menuju kemajuan berpikir.
Sebelum kita mencoba menyelidiki bagaimana kita menguji kebenaran, kita perlu menyelidiki tentang BUKTI. Bukti harus bermula dari postulat-postulat tertentu. Ide atau fakta awalnya diterima sebagai postulat yang dianggap sebagai benar. Hal tersebut mencakup aturan-aturan pokok pemikiran atau logika seperti prinsip identitas seperti semua A adalah A, prinsip non kotradiksi seperti “tidak A dan bukan A” atau prinsip kemungkinan jalan tengah yang harus dikeluarkan seperti boleh jadi boleh jadi A atau bukan A. Semua itu dianggap sebagai jelas dengan sendirinya. Biasanya kita juga menerima kebenaran dengan pengalaman langsung dan bergerak ke depan dengan dasar asumsi postulat, aksioma atau kondisi misalnya, prinsip kausalitas –prediktif uniformatif, obyektivitas, empirisis, hemat dan sederhana, isolasi, kontrol, ukurannya pasti.
Hukum-hukum logika yang demikian itu, sangat diperlukan untuk melakukan pengujian kebenaran. Setidaknya kita mengenal tiga teori pengujian kebenaran yan umum yaitu ujian persamaan dengan fakta (korespondensi), ijian tentang konsistensi (koherensi) dan ujian kemanfaatannya (pragmatis) dan bisa pula diperluas dengan tiga pendekatan seperti berikut ini: yang benar adalah yang memuaskan keinginan kita. Yang benar adalah yang bisa dibuktikan dalam eksperimen. Yang benar adalah yang membantu perjuangan hidup kita sebagai makhluk hidup.
Kita akan sampai pula pada bagaimana segala sesuatu itu diketahui? Sebagai manusia, cara-cara untuk ‘mengetahui’ berdasarkan atas apa yang dimiliki oleh manusia adalah berpikir dengan akal sehat (logika), melakukan penyelidikan empiris karena kita punya mata, telinga, tangan, kulit (VAK). Melakukan pertimbangan normatif karena kita juga memiliki pertimbangan batiniah terhadap nilai-nilai seperti benar-salah, baik buruk, indah-tidak indah yang ukurannya pasti subyektif. Selain itu, ada cara mengetahui yang lebih menyeluruh dan terintegrasi (sinoptik). Ini adalah tingkat pemikiran yang paling inklusif karena ia memakai dan melampaui pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara sebelumnya. Disini, kita akan memasuki tahap RASA METAFISIS, yaitu menyelidiki watak kebenaran dalam perspektif yang seluas mungkin. Merangkai struktur umum dari segala benda. Bila analisa artinya memecah belah menjadi unsur unsur kecil maka pada tahap ini kita mengumpulkan unsur unsur kecil menjadi bangunan yang utuh dan mensintesakannya.
ILMU LADUNI KHIDIR
Nabi Musa bergelar kalimullah adalah sosok yang mulia, agung, rasional, cerdas, sakti karena memiliki mukjizat dahsyat dan sangat dekat dengan Tuhan. Musa juga diperkenankan untuk “mencicipi” keberadaan Dzat-Nya langsung melalui sebuah fenomena suwung total ekstase setelah gunung tempat menampakkan diri-NYA hancur berkeping-keping. Bahkan, turunnya kitab suci Taurat itu langsung dari “mulut” Tuhan tanpa perantara. Pada suatu ketika, rasionalitas Nabi Musa diuji dengan seorang pertanyaan kaum Bani Israil usai sebuah dakwah; Wahai Musa menurutmu siapa yang paling alim dan paling berpengetahuan di antara manusia yang hidup di bumi.
Musa dengan tegas menjawab: “Yang paling cerdas dan alim adalah aku”. Di sinilah Musa terjebak pada sifat sombong. Ini tentu saja tercela karena di muka bumi ini tidak seorang pun boleh sombong betapapun tinggi ilmunya. Bahkan seorang rasul pun dilarang untuk sombong karena ilmunya tidak seberapa dibanding pengetahuan Allah yang tiada berhingga.
Sebagai upaya untuk menyadarkan Musa, Allah SWT memerintahkannya untuk mendatangi sebuah tempat bertemunya dua lautan dan berguru kepada seorang yang alim yang berpengetahuan hikmah sangat luas dan jauh melebihi Musa. Dia kemudian dikenal sebagai Khidir atau BALYA BIN MALKAN bin Flaakh bin Anbar bin Salakh bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh A.S bin Lamak bin Mutawasylikh bin Idris A.S. bin Yard bin Mahlain bin Qainan bin Yanasy bin Syits bin Adam.
Hikmah dan luasnya ilmu Khidir juga terabadikan dalam dunia ilmu hikmah terapan di majelis-majelis dzikir khusus ahli thariqoh: Innaka quwwata bi quwwati wa quwwatika wa BALYAkhan BALYAkhin barnabal barnabil quwwah, bi idznillah bi laa hawla wala quwwaata ila billah. Innaka quwwata bi quwwati wa quwwatika wa MALKHAN malkhin mayakhal mayakhil quwwah, bi idznillah bi laa hawla wala quwwaata ila billah. Mungkin karena di dalam asmak ini ada nama Nabi Khidir yaitu BALYA BIN MALKAN maka disebut ASMAK KHIDIR? Saya tidak tahu…
Kisah selanjutnya tentang bergurunya Musa ke Khidir ini silahkan dibaca di QS Al Kahfi, 60-82. Belajar dari Khidir, kita akan mendapati kesimpulan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengaku mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang segala sesuatu. Kita jauhkan sisi fanatisme karena ini tidak bertanggungjawab terhadap akal sehat untuk mencerap keluasan ilmu-ilmu-NYA. Jalan menuju kepada Tuhan bukannya jalan dogmatisme yang menganggap bahwa pengetahuan dan keyakinan kita sekarang adalah sudah pasti dan sempurna. Jalan menuju Tuhan tersebut bukan juga skeptisisme yang mengatakan bahwa jalan itu mustahil untuk ditempuh. Segala proses mental itu tunduk kepada keterbatasan manusia, kepada pengaruh timbal balik antara beragam kepentingan. Namun senantiasa utamakan untuk mencari tahu, apa kepentingan Tuhan kepada kita. Di sinilah nantinya kita insya allah mendapati ILMU LADUNI. Ilmu yang langsung turun tanpa melalui proses perenungan dan proses belajar karena ilmu ini langsung turun melalui hidayah langsung dari-NYA.
Kebenaran bukan hanya prinsip dan persetujuan yang dibuat oleh manusia saja, yang dapat dipakai atau dibuang menurut kemauannya belaka. Kebenaran itu tetap hadir dan obyektif (ada an sich) meskipun semua manusia di muka bumi ini tidak ada. Pandangan kita juga bisa keliru, bengkok dan salah. Dunia bukanlah khayalan karena itu kita harus menyesuaikan diri dari keseriusan dunia ini diciptakan dan dibentuk dengan ketepatan ukuran. Dan pada akhirnya, HIDUP ADALAH KESABARAN UNTUK MENEMPUH PROSES YANG TERUS MENERUS UNTUK MENCARI, MEMBENTUK, MENGKAJI, MENCETAK, MENYESUAIKAN DENGAN CARA ATAU JALAN MENUJU PADA-NYA.
Belajar dari Khidir, kita juga diharapkan untuk senantiasa menghargai kepada siapapun yang kita temui. Dari orang-orang yang lain yang kelihatannya tidak berilmu dan hina, kita bisa jadi justeru mendapatkan hikmah yang besar di kelak kemudian hari. Etika seorang pembelajar adalah memelihara adab dan sopan santun kita sebagai murid yang berguru kepada siapapun dan apapun yang kita temui. Dengar dan lihatlah apa kata mereka dari awal hingga akhir sebelum kita mengambil kesimpulan. Dan bila sudah memiliki kesimpulan, teruskan dengan mencari kesimpulan-kesimpulan lain untuk membetulkan kesimpulan yang sudah anda dapatkan. Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya dan mohon maaf atas segala kekurangan. Salam paseduluran.

No comments:

HIDUP BIKIN LEBIH HIDUP......HIDUP BIKIN LEBIH HIDUP......HIDUP BIKIN LEBIH HIDUP......HIDUP BIKIN LEBIH HIDUP......HIDUP BIKIN LEBIH HIDUP......HIDUP BIKIN LEBIH HIDUP......HIDUP BIKIN LEBIH HIDUP......